TEMA 7 SUBTEMA 2 PEMBELAJARAN 3&4
Good morning,,,Tabik pun ,,,!!
how are you today?...
Apa kabar anak sholeh sholeha VC
alhamdulillah semoga kita semua dalam keadaan sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Sebelum belajar pastikan dengarkan tausiah serta rangkum isinya, tadarus kemudian shalat dhuha ya nak. setelah selesai silahkan klik link berikut untuk absen wajib ya🥰 :
Setelah absen jangan lupa ucapkan bismilah dan berdo'a ya nak!
Kelas : V C
Tema 7 : Peristiwa dalam
Kehidupan
Sub Tema 2 : Peristiwa Kebangsaan Seputar
Proklamasi Kemerdekaan
Pembelajaran
ke- : 3 dan 4
Muatan
Terpadu : PPKn ( KD 3. 3, 4. 3),
Bahasa Indonesia (KD 3. 5, 4. 5), IPS (KD 3. 4, 4.4), SBdP (KD 3. 3, 4. 3)
Tujuan
Pembelajaran :
1. Peserta
didik dapat menyebutkan peristiwa-peristiwa heroik dalam menyambut Proklamasi
Kemerdekaan dengan penuh tanggung jawab.
2. Peserta
didik dapat mengidentifikasi nilai-nilai luhur dalam keragaman masyarakat
dengan penuh kepedulian.
3. Peserta
didik mampu mengetahui kegiatan-kegiatan masyarakat di sekitar tempat
tinggalnya yang menunjukkan nilai-nilai persatuan dalam keragaman dengan penuh
tanggung jawab.
IPS (KD 3. 4, 4. 4)
Dalam
peristiwa pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ada dua tokoh penting
yang mewakili seluruh rakyat Indonesia, yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta.
Kedua tokoh tersebut dikenal sebagai Proklamator.
Ir. Soekarno merupakan Presiden Pertama Republik Indonesia
(RI) dan Pahlawan Proklamator. Beliau menjadi Presiden RI sejak tahun 1945 sampai
dengan 1967. Ir. Soekarno dikenal pandai berpidato dan menguasai beberapa
bahasa asing sehingga dijuluki sebagai “Singa Podium”.
Ir. Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 6
Juni 1901. Jenjang pendidikannya dimulai dari Indische School (IS) di
Tulungagung. Setelah lulus, Soekarno melanjutkan pendidikannya di Europesche Lagene
School (ELS) Mojokerto, Jawa Timur; Hogene Burger School (HBS) Surabaya; dan
Technische Hogere School (THS), sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung
(ITB), di Bandung, Jawa Barat, dan memperoleh gelar insinyur.
Drs. Mohammad Hatta adalah Wakil Presiden Pertama RI
(1945-1957) dan Bapak Koperasi Indonesia. Beliau juga sangat berperan dalam
upaya memperoleh pengakuan dari pemerintah Belanda terhadap kedaulatan RI. Mohammad
Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada tanggal 12 Agustus 1902. Jenjang
pendidikannya ditempuh di Europoesche Lagere School (ELS) di Bukittinggi, Meer
Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO) di Padang, dan Handels Middelsbare School
(HMS) di Jakarta.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta beserta para tokoh lainnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Ir. Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan dan Drs. Moh. Hatta sebagai pendampingnya. Bahkan, dalam teks Proklamasi tersebut, tercantum nama dan tanda tangan mereka berdua atas nama bangsa Indonesia. Oleh karena itulah, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta diberi gelar sebagai Pahlawan Proklamator pada tahun 1986.
Tindakan
Heroik Mendukung Proklamasi
Usaha
menegakkan kedaulatan terjadi di berbagai daerah dengan tindakan heroik
mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Berikut tindakan heroik mendukung
Proklamasi di beberapa daerah di Indonesia.
Peristiwa
Heroik di Yogyakarta
Perebutan
kekuasaan di Yogyakarta dimulai pada tanggal 26 September 1945 sejak pukul
10.00 WIB. Para pegawai pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang
melakukan aksi mogok. Mereka menuntut agar Jepang menyerahkan semua kantor
kepada pihak Indonesia. Serangan Umum 1 Maret 1949
Peristiwa
Heroik di Surabaya
Terjadi
insiden bendera di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya. Orang Belanda mengibarkan
bendera Merah Putih Biru di atap hotel. Rakyat kemudian menyerbu hotel,
menurunkan, dan merobek warna biru bendera itu untuk dikibarkan kembali.
Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945. Insiden Bendera di Hotel
Yamato
Peristiwa
Heroik Semarang
Pada
tanggal 15 Oktober 1945, pasukan Jepang melakukan serangan ke Kota Semarang dan
dihadapi oleh TKR dan laskar pejuang lainnya. Pertempuran berlangsung selama
lima hari. Akibat pertempuran ini, ribuan pemuda gugur dan ratusan orang Jepang
tewas. Untuk mengenang peristiwa itu, di Semarang didirikan Monumen Tugu Muda. Monumen
Tugu Muda
Peristiwa
Heroik Aceh
Pada
tanggal 6 Oktober 1945, para pemuda dari tokoh masyarakat membentuk Angkatan
Pemuda Indonesia (API). Anggota API kemudian merebut dan mengambil alih
kantor-kantor pemerintahan. Di tempat-tempat yang telah mereka rebut, para
pemuda mengibarkan bendera Merah Putih dan berhasil melucuti senjata tentara
Jepang.
Peristiwa
Heroik Bali
Pada
bulan Agustus 1945, pemuda Bali membentuk organisasi Angkatan Muda Indonesia
(AMI) dan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Upaya perundingan untuk menegakkan
kedaulatan RI telah mereka upayakan, tetapi pihak Jepang selalu menghambat.
Pada tanggal 13 Desember 1945, para pemuda merebut kekuasaan dari Jepang secara
serentak, tetapi belum berhasil karena persenjataan Jepang masih kuat.
Peristiwa
Heroik di Sumbawa
Bentrokan
fisik antara pemuda dan Jepang terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.
Peristiwa
Heroik di Kalimantan
Rakyat
Kalimantan juga berusaha menegakkan kemerdekaan dengan cara mengibarkan bendera
Merah Putih, memakai lencana Merah Putih, dan mengadakan rapat-rapat. Namun,
kegiatan ini dilarang oleh pasukan Sekutu yang sudah ada di Kalimantan. Rakyat
tidak menghiraukan larangan Sekutu sehingga pada tanggal 14 November 1945 di Balikpapan
(depan markas Sekutu) berkumpul lebih kurang 8.000 orang dengan membawa bendera
Merah Putih.
Peristiwa
Heroik di Palembang
Adanya
upacara pengibaran bendera Merah Putih pada tanggal 8 Oktober 1945 yang
dipimpin oleh dr. A.K. Gani. Pada kesempatan itu, diumumkan bahwa Sumatra
Selatan berada di bawah kekuasaan RI. Upaya penegakan kedaulatan di Sumatra
Selatan tidak memerlukan kekerasan karena Jepang berusaha menghindari
pertempuran.
Peristiwa
Heroik di Makassar
Gubernur
Sam Ratulangi menyusun pemerintahan pada tanggal 19 Agustus 1945. Sementara
itu, para pemuda bergerak untuk merebut gedung-gedung penting seperti stasiun
radio dan tangsi polisi.
Sebagai
negara yang baru lahir, Indonesia belum memiliki undang-undang dasar yang
berfungsi untuk mengatur segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepala
negara dan kepala pemerintahan yang akan menjalankan pemerintahan serta
kelengkapannya juga belum ada. Para pemimpin bangsa segera memanfaatkan dengan
sebaik-baiknya lembaga yang ada pada waktu itu, yaitu PPKI yang dibentuk Jepang
sejak tanggal 7 Agustus 1945 diketuai Ir. Soekarno dan wakil ketuanya Drs. Moh.
Hatta. PPKI menggantikan tugas BPUPKI yang sudah berakhir. BPUPKI dibentuk pada
tanggal 29 April 1945.
Proses
Pembentukan NKRI
1.
Pembentukan Kelengkapan Pemerintahan
Pada
tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama di Gedung
Kesenian Jakarta. Sidang dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta
sebagai wakilnya. Anggota Sidang PPKI sebanyak 27 orang. Melalui pembahasan
secara musyawarah, sidang mengambil keputusan penting, antara lain sebagai
berikut.
a. Mengesahkan
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi RI.
b. Memilih
presiden dan wakil presiden, Ir. Soekarno sebagai Presiden RI dan Drs. Mohammad
Hatta sebagai Wakil Presiden RI.
c. Tugas
presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Komite Nasional.
PPKI
melanjutkan pekerjaannya guna melengkapi berbagai hal yang diperlukan bagi
berdirinya negara dengan melaksanakan sidang pada tanggal 19 Agustus 1945.
Dalam sidang kedua, PPKI menghasilkan
keputusan,
antara lain sebagai berikut.
a. Menetapkan
dua belas kementerian yang membantu tugas presiden dalam pemerintah.
b. Membagi
wilayah Republik Indonesia menjadi delapan provinsi, yaitu Provinsi Sumatra ,
Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Sunda
Kecil, Provinsi Maluku, Provinsi Sulawesi, dan Provinsi Kalimantan.
2.
Pembentukan Komite Nasional Indonesia
PPKI
kembali mengadakan sidang pada tanggal 22 Agustus 1945 yang memiliki agenda
pokok tentang rencana pembentukan Komite Nasional dan Badan Keamanan Rakyat.
Komite Nasional dibentuk di seluruh Indonesia dan berpusat di Jakarta.
Tujuannya sebagai penjelmaan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat.
3.
Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanan Negara
Dalam
rapat Pleno PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945, diputuskan pembentukan Badan
Keamanan Rakyat (BKR). BKR ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga
Korban Perang (BPKKP) yang merupakan induk organisasi dengan tujuan untuk
memelihara keselamatan
masyarakat,
serta merawat para korban perang. Perkembangan situasi negara makin
membahayakan. Pimpinan Negara menyadari bahwa sulit untuk mempertahankan negara
dan kemerdekaan tanpa angkatan perang. Dalam kondisi seperti itu, pemerintah
memanggil pensiunan Mayor KNIL Oerip Soemoharjo dari Yogyakarta ke Jakarta dan
diberi tugas membentuk tentara kebangsaan. Dengan Maklumat Pemerintah pada
tanggal 5 Oktober 1945, terbentuklah organisasi ketentaraan yang bernama
Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
4.
Pembentukan Lembaga Pemerintahan di Seluruh Daerah di Indonesia
Bentuk
pemerintah daerah di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18
(sebelum diamandemen). Pasal tersebut berbunyi: Pembagian daerah Indonesia atas
daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar musyawarah dalam system pemerintahan
negara, dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.
Berdasarkan bunyi pasal tersebut, berarti daerah Indonesia akan dibagi dalam
daerah provinsi. Setiap daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerah yang
lebih kecil. Sesuai dengan keputusan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 bahwa tugas presiden
dibantu oleh Komite Nasional, di daerah-daerah tugas gubernur (kepala daerah)
juga dibantu oleh Komite Nasional di daerah. Pembentukan Komite Nasional
Indonesia Daerah yang ada di tiap-tiap provinsi merupakanlembaga yang akan berfungsi
sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebelum diadakan pemilihan umum. Dengan
terbentuknya pemerintahan di daerah, yang dibantu oleh Komite Nasional di
daerah, diharapkan roda pemerintahan dapat berjalan, baik di tingkat pusat
maupun di daerah.
Peristiwa sebelum, saat, dan sesudah Proklamasi juga melahirkan tokoh-tokoh yang sangat berjasa bagi bangsa dan negara. Dengan jiwa rela berkorban dan pantang menyerah serta gagah berani, mereka berdiri di barisan terdepan untuk memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara. Selain tokoh Dwitunggal, yakni Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, juga kita kenal Ahmad Soebarjo. Dia juga sangat berjasa dalam perumusan dan penyusunan naskah Proklamasi.
Ahmad
Soebarjo
Ahmad
Soebarjo lahir di Karawang, Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1897. Beliau dikenal
sebagai sosok yang rendah hati dan bersahaja. Peran yang menonjol adalah ketika
beliau ikut menjadi Panitia Sembilan yang merumuskan Piagam Jakarta yang menjadi
cikal bakal Pembukaan UUD 1945. Beliau juga menjadi penengah antara golongan
muda dan golongan tua ketika terjadi perbedaan pendapat. Perbedaan itu muncul
ketika akan menentukan waktu pembacaan Proklamasi. Ahmad Soebarjo juga dikenal
sebagai tokoh perumus naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Beliau
diperintahkan oleh Ir. Soekarno untuk mengutip kata-kata dari Piagam Jakarta
terutama bagian pembukaannya, yaitu “Atas berkat rahmat Allah maka rakyat
Indonesia menyatakannya kemerdekaannya”. Kalimat tersebut diminta untuk dijadikan
kalimat pembuka naskah Proklamasi. Pada akhirnya, disepakati kalimat pertama
pada teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah “Kami bangsa Indonesia dengan
ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Kalimat ini berasal dari kutipan alinea
ketiga Piagam Jakarta.
PPKn (KD 3. 4, 4. 4)
Bhineka Tunggal Ika dalam Hidup Bermasyarakat
Kita
hidup di tengah-tengah masyarakat yang memiliki keanekaragaman di segala bidang
kehidupan. Meskipun beragam dan berbeda, tetapi kita tetap bisa bersatu dan
hidup dengan rukun.
1.
Indahnya Hidup Berbhinneka
Lambang
negara kita yaitu Burung Garuda. Pada pita yang dicengkeramnya tertulis kalimat
“Bhinneka Tunggal Ika”. Kalimat tersebut diambil dari Kitab Sutasoma karangan
Mpu Tantular, yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu. Kata-kata tersebut
kemudian diberi makna yang lebih luas dan menjadi semboyan “meskipun berbeda-beda,
tetapi tetap satu jua”. Semboyan itulah kemudian yang mengikat keberagaman
bangsa menjadi satu kesatuan.
2.
Indahnya Hidup Bersatu dalam Perbedaan
Salah satu wujud nyata adanya kerukunan dan persatuan di
masyarakat adalah tradisi gotong royong. Misalnya, bergotong royong membangun
rumah. Gotong royong melibatkan semua unsur masyarakat.
Bangsa Indonesia dibangun di atas keragaman dan perbedaan. Ras,
suku, golongan, agama dan budaya yang hidup beriringan menjadikan Indonesia
bangsa yang besar. Perbedaan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang perlu
dijaga. Satu di antara perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia adalah suku
bangsa dan budaya. Sebagai bangsa yang terdiri atas beraneka ragam suku bangsa,
kita harus bangga karena suku-suku yang ada mempunyai budaya yang beragam. Keragaman
tersebut terlihat jelas dalam unsur-unsurnya.
Unsur-Unsur
Budaya
1.
Religi/Kepercayaan
Di
Indonesia, diakui adanya enam agama resmi, yaitu Hindu, Buddha, Islam, Katolik,
Kristen, dan Konghucu. Semuanya dapat mengembangkan sikap tolerensi dan
kerukunan.
2.
Mata Pencaharian
Keragaman
alam di Indonesia menyebabkan mata pencaharian masyarakatnya juga beragam.
Sebagian penduduk Indonesia menjadi petani karena memang tanahnya subur.
Sementara itu, orang-orang yang tinggal di tepi sungai atau pantai mengandalkan
perikanan sebagai mata pencahariannya. Lalu, ada pula yang menjadi pedagang, peternak,
pekerja jasa, atau mata pencaharian lainnya.
3.
Teknologi dan Peralatan
Teknologi
berkaitan dengan kepandaian dan keterampilan orang dalam membuat atau melakukan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Teknologi bermula dari bentuk yang
sangat sederhana, lalu berkembang terus sesuai dengan perkembangan dan kemajuan
zaman. Teknologi yang sudah ada sejak zaman dulu hingga sekarang seperti
teknologi dan peralatan senjata, wadah, alat angkut, tempat berlindung (rumah),
alat pembuat makanan dan minuman, serta pakaian dan perhiasan.
4.
Kesenian
Kesenian
dapat dikelompokan menjadi dua macam.
a. Kesenian
yang dapat dinikmati oleh mata, misalnya seni patung, seni ukir, seni lukis,
seni rias, seni tari, seni pedalangan (wayang), dan seni olahraga.
b. Kesenian
yang dapat dinikmati oleh telinga, misalnya seni music dan seni sastra. Setiap
suku di Indonesia juga memiliki lagu daerah, alat musik, dan berbagai
keseniannya sendiri-sendiri.
5.
Pengetahuan
Berbagai
suku bangsa di Indonesia telah memiliki pengetahuan yang tinggi. Pengetahuan
itu telah mereka terapkan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan hidup. Pengetahuan
itu antara lain tentang alam sekitar, flora fauna, bahan-bahan mentah,
benda-benda di lingkungan alam, tubuh manusia, sifat dan kelakuan manusia,
serta pengetahuannya tentang ruang dan waktu. Misalnya, pengetahuan tentang berbagai
jenis tanaman dan ramuan obat tradisonal, pengetahuan menentukan arah orang
Dayak sehingga tidak tersesat di hutan belantara, dan pengetahuan menentukan
arah para pelaut tradisional kita ketika mengarungi samudra dengan kapal pinisinya
sehingga bangsa kita dikenal sebagai bangsa bahari.
6.
Sistem Kemasyarakatan
Sistem
kemasyarakatan adalah pola hidup yang menjadi kebiasaan dan dianut serta telah
menjadi kebiasaan suatu masyarakat. Ada sistem perkawinan, system kekerabatan,
dan sistem berperilaku
dalam
masyarakat. Contohnya, sistem marga pada suku Batak dan sistem trah pada suku Jawa.
Kedua contoh ini merupakan sistem kekerabatan suku-suku tersebut.
7. Bahasa
Setiap suku bangsa mempunyai alat komunikasi sendiri-sendiri yang terkadang hanya dimengerti dan dipakai oleh suku itu sendiri. Itulah yang dinamakan dialek. Lalu, bagaimana suku-suku di Indonesia bisa berkomunikasi dengan suku yang lain? Beruntunglah kita memiliki bahasa Indonesia yang telah ditetapkan sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan. Tentu kamu ingat bukan salah satu ikrar Sumpah Pemuda 1928.
Keragaman
unsur budaya tersebut lahir karena adanya berbagai faktor. Faktor itu seperti
factor biologis (keturunan, ras, suku), geografis (keadaan alam), dan historis
(sejarah/masa lampau), serta keterbukaan terhadap pihak luar.
SBdP (KD 3. 3, 4. 3)
Gerak Pola Lantai dalam Tari
Salah satu unsur budaya adalah kesenian. Tari adalah salah satu dari berbagai bentuk kesenian. Tari merupakan karya seni dengan gerak tubuh sebagai media utama.bentuk karya tari ada tiga, yaitu bentuk karya tari tunggal (bentuk tarian yang dilakukan oleh satu penari, baik pria maupun wanita, contohnya tari Gatotkaca, tari Jayengrana), tari berpasangan (jenis tarian yang dimainkan atau dipentaskan secara berpasangan oleh dua orang penari, contohnya tari Piring, tari Serampang Dua Belas, tari Janger), dan tari berkelompok (bentuk tari yang ditarikan secara berkelompok atau berpasang-pasangan, tidak menutup kemungkinan bisa berbentuk drama tari/sendratari, contohnya tari Bedaya Ketawang, Rampak Srigati).
Setiap
bentuk karya tari lebih indah saat penyajiannya mempertimbangkan pola lantai.
Pola lantai adalah garis di lantai yang dilalui oleh penari saat melakukan
gerak tari. Selain itu, pola lantai tari kelompok dapat diartikan juga garis di
lantai yang dibuat oleh formasi penari.
Bahasa Indonesia (KD 3. 5, 4. 5)
Mengidentifikasi Teks Narasi sejarah
melalui Pertanyaan
Untuk membuat pertanyaan yang sesuai dengan informasi yang disajikan dala teks, perlu memahami isi teks dengan seksama. Setelah itu gunakan kata tanya 5W1H yang terdiri atas kata tanya apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana untuk membuat pertanyaan.
Menuliskan Kesimpulan Teks Narasi Sejarah
Kesimpulan
adalah inti dari suatu bacaan. Untuk menulis kesimpulan, tentukan ide pokok
dari setiap paragraf dalam teks kemudian tulis ide pokok tersebut ke dalam
beberapa kalimat menggunakan bahasa sendiri.
Bagaimana nak materi hari ini semoga anak-anak paham semua ya! Jika kurang jelas dapat bertanya di grup WA!
Baiklah kerjakan latihan berikut untuk menambah pemahaman kalian.
LATIHAN
0 komentar:
Posting Komentar